Merupakan susu segar yang diberi perlakuan panas (63-72 oC) selama 15 detik dengan tujuan untuk membunuh bakteri patogen (penyebab penyakit).
Susu UHT (Ultra High Temperature)
Susu segar yang diolah menggunakan pemanasan tinggi (135-145 oC) dan dalam waktu singkat (2-5 detik). Selain membunuh seluruh mikroorganisme, proses UHT juga untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu, serta mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segarnya.
Susu bubuk/formula
Berasal dari susu segar, baik dengan atau tanpa rekombinasi zat lain (seperti lemak dan protein), yang dikeringkan dengan cara spray drying.
Jenis susu apa pun yang Anda pilih, perhatikan hal-hal berikut.
Komposisi susu
Susu yang diberikan harus mengandung zat-zat gizi penting, seperti energi, protein, dan lemak, dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Penampilan fisik
kemasan (kaleng, kadus atau karton) tidak penyok, berkarat, robek, kembung atau bocor
untuk susu cair, jangan konsumsi bila tercium bau asam dan teksturnya rusak (tampak 'pecah' dan agak kental)
untuk susu bubuk, jangan dikonsumsi bila ada gumpalan, warna berubah (misalnya, dari putih jadi coklat atau kelabu), dan berbau tengik.
Pilih yang tanggal kadaluwarsanya masih jauh
Patuhi cara penyajian (sesuai usia anak)
Takaran penyajian yang tidak tepat, misalnya saat melarutkan susu bubuk, dapat mengarah ke timbulnya resiko kurang gizi atau kerusakan ginal.
sumber. ayahbunda
Pengalaman pribadi
Sejak usia 7bulan, aKia sudah mulai dikenalkan susu bubuk, yang dipakai hanya untuk melarutkan bubur susu-nya. Setelah usia setahun, mulai kami memperkenalkan susu cair. Alasannya, toh... kandungan gizinya kurang lebih sama.
Awalnya, saya sempat mencoba memberikan susu bubuk merk tertentu, tapi dengan adanya tambahan susu bubuk di daftar belanja... Bisa dibayangkan, biaya bulanan meningkat hingga separuhnya. Hihihi... soalnya pas ASI hemaaat banget.
Akhirnya berbekal hunting kanan-kiri, kami ambil keputusan Kia dikasih susu UHT.