Sponsored

Waspadai Penyakit Maag

Penyakit maag bisa disembuhkan. Kuncinya, makan dan tidur teratur, hindari stres, dan jangan lupa olahraga.

Sakit maag (maag dalam bahasa Belanda berarti lambung) adalah gangguan pada lambung yang menimbulkan rasa tidak enak, biasanya di ulu hati, disertai perut kembung, perih, dan bahkan sampai mual. Terjadinya gangguan pada lambung disebabkan tidak terkontrolnya produksi asam lambung. Tidak jarang, asam lambung naik sampai ke mulut sehingga mulut terasa asam.

Sakit maag -- kerap juga disebut radang lambung -- dapat menyerang setiap orang dengan segala usia. Pada keadaan yang cukup parah, radang lambung dapat menimbulkan perdarahan (hemorrhagic gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung. Satu saat, penderita bisa muntah yang mengandung darah.

Ada sejumlah gejala yang biasa dirasakan penderita sakit maag seperti mual, perut terasa nyeri, perih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu hati). Biasanya, nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, dan sering bersendawa
terutama dalam keadaan lapar.

Menurut dokter Rino A Gani SpPD-KGH, berbagai hal bisa menyebabkan terjadinya sakit maag. ''Penyebabnya banyak,'' tutur spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta ini. Namun biasanya, kata dia, penyakit maag terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional kerja dari lambung yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem syaraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan struktur anatomi bisa berupa luka, erosi, atau bisa juga tumor.

Dalam berbagai literatur disebutkan, pola makan tidak teratur dapat menimbulkan gejala sakit maag seperti perih dan mual. Hal itu terjadi karena lambung memproduksi asam -- disebut asam lambung -- untuk mencerna makanan dalam jadwal yang teratur. Bahkan, saat tidur pun
lambung tetap saja memproduksi asam walaupun tak ada makanan yang harus dihancurkan.

Asam lambung sangat diperlukan untuk membantu pencernaan. Tanpa asam lambung, makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat tercerna dengan baik, sehingga zat-zat gizi tidak dapat diserap secara optimal oleh tubuh. Asam lambung dalam jumlah seimbang memang diperlukan tubuh. Tapi jika berlebihan akan menimbulkan penyakit. Produksi asam lambung biasanya meningkat pada saat tubuh memerlukannya, yaitu ketika makan. Sebaliknya, pada saat tubuh tidak memerlukan, produksi asam lambung akan menurun kembali.

Karena itu, jadwal makan yang tidak teratur kerap membuat lambung sulit beradaptasi. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, akan terjadi kelebihan asam dan akan mengiritasi dinding mukosa lambung. Rasa perih dan mual pun muncul.

Selain pola makan tak teratur, penyakit maag juga bisa disebabkan oleh stres. Hal ini dimungkinkan karena sistem persyarafan di otak berhubungan dengan lambung, sehingga bila seseorang mengalami stres maka bisa muncul kelainan pada lambung. ''Dalam hal ini, terjadi
ketidakseimbangan,'' tuturnya. Perlu Anda tahu, stres bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormonal di dalam tubuh. Nah selanjutnya, perubahan itu akan merangsang sel-sel di dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih, dan kembung. Lama-kelamaan, hal ini dapat menimbulkan luka pada dinding lambung.

Kurangi makanan asam dan pedas
Untuk mengatasi penyakit maag ini, Rino menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang dapat mengganggu lambung. Seperti apa makanan yang bisa mengganggu lambung? Di antaranya adalah makanan yang terlalu asam dan pedas. Rino juga menyebut beberapa jenis makanan yang bisa membentuk gas sehingga mengakibatkan perut kembung, seperti ubi dan
nangka.

Selain itu, Anda pun mesti mengenali beberapa hal yang perlu diwaspadai berkait dengan sakit maag. Misalnya, kata Rino, gejala sakit maag yang baru timbul di usia 40 tahun atau sakit maag yang sudah diobati berulang kali namun tidak kunjung sembuh. Bila hal ini terjadi, dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. ''Kemungkinan ada luka di lambung atau bisa saja tumor,'' tuturnya. Karena itu, waspadalah.

Bisakah sakit maag disembuhkan? Tentu saja bisa, asal penderita mau mengubah pola hidup dan rajin berkonsultasi pada dokter. Menurut Rino, maag fungsional dapat disembuhkan bila penderita menerapkan pola makan dan tidur yang teratur. Selain itu, harus pula menghindari stres. Penderita sebaiknya juga melakukan latihan fisik secara teratur sesuai kemampuan. Latihan fisik yang cukup dan teratur akan membuat tubuh menjadi bugar dan sehat. Selain itu, olahraga juga dapat menghindarkan stres.

Sementara itu, untuk meredakan rasa sakit akibat penyakit ini, penderita bisa mengonsumsi obat sakit maag yang biasanya mengandung antasida. Obat ini berguna untuk menetralisir asam lambung. Namun, bila rasa sakit tak kunjung reda, sebaiknya segera berobat ke dokter
agar dapat diketahui penyebabnya.(bur )

Source: www.republika-online.co.id

Artikel: Sariawan

Source: http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=89875&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=190

Sariawan atau stomatis aphtosa adalah suatu kelainan pada selaput lendir mulut berupa bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Ada beberapa faktor penyebab yang diduga menjadi penyebab munculnya sariawan. Misalnya, luka tergigit, mengkonsumsi makanan atau minuman panas, alergi, kekurangan vitamin C dan zat besi, kelainan pencernaan, kebersihan mulut tidak terjaga, faktor psikologi, dan kondisi tubuh yang tidak fit.

Sariawan biasanya muncul di bibir bawah, bibir atas, lidah, gusi, dan selaput lendir pipi. Luka sariawan ini menimbulkan rasa nyeri dan panas. Bercak luka ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga mengganggu pada waktu makan atau berbicara. Penderita biasanya juga banyak mengeluarkan air liur.

Biasanya sariawan akan sembuh sendiri dalam waktu empat sampai 20 hari. Jika penyakit ini belum sembuh dalam waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kanker.

Ada beberapa jenis obat yang dikenal bisa membantu meredakan keluhan akibat sariawan. Ada jenis obat berbentuk salep dengan kandungan kortikosteroid yang dioleskan pada luka sariawan. Obat tetes gentien violet, perak nitrat, atau obat kumur dapat membantu mengurangi rasa sakit. Pada penderita sariawan kambuhan yang disertai kecemasan hebat, pemberian obat anticemas dapat mengatasi masalah. Pemberian vitamin C atau zat besi dalam dosis tinggi pada penderita sariawan yang kekurangan zat-zat tersebut sering dapat menolong.

Ada beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama mulut, menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang, makanan yang terlalu panas,
obat-obatan atau zat yang menimbulkan alergi, dan menghindari stres.

Sariawan

Sariawan dapat terjadi karena berbagai hal yang berhubungan dengan saluran pencernaan mulai dari keadaan gigi mulut sampai hal-hal yang berhubungan dengan organ-organ pencernaan termasuk lambung dan hati, di samping itu, dari aspek keadaan gizi yang penting untuk meningkatkan keadaan kesehatan anda perlu diperhatikan bahwa anda berat badan dibawah normal dibandingkan tinggi badan. Dianjurkan anda makan makanan yang sehat dan seimbang yang terdiri dari sumber karbohodrat, protein, vitamin dan mineral. Untuk vitamin dan mineral dapat diasup dari sayuran hijau dan buah-buahan terutama yang berwarna kulit atau buah yang kuning-kemerahan seperti papaya, jeruk, mangga, apel, dsb. Hal tersebut dapat dilakukan dengan minum jus 2x sehari termasuk jus campuran jeruk, tomat dan wortel. Apabila anda sedang seriawan selalu mengosok gigi setelah makan atau menggunakan obat kumur yang berisi anti kuman. Kebiasaan tersebut akan mempercepat penyembuhan sariawan tersebut.
[dijawab oleh DR.Dr. Nugroho Abikusno,Msc].

sumber: lupa euy...

Tonsils and the Adenoids

sumber: www.aap.org

In years past, it was very common for children to have their tonsils and the adenoid taken out. Today, doctors know much more about tonsils and the adenoid and are more careful about recommending removal.

The tonsils are oval-shaped, pink masses of tissue on both sides of the throat. Tonsils can be different sizes for different children. They can be large or small. There is no "normal" size. You can usually see the tonsils by looking at the back of the mouth with a flashlight. Pressing on the tongue may help, but this makes many children gag. Instead, ask your child to open her mouth wide and say, "aaahhh." This will usually cause the tongue to flatten just enough to see the back
of the throat more clearly. The uvula, a fleshy lobe that hangs down in the back of the mouth, should not be mistaken for the tonsils.

The most common illness associated with the tonsils is tonsillitis. This is an inflammation of the tonsils usually due to infection. There are several signs of tonsillitis, including:
Red and swollen tonsils
White or yellow coating over the tonsils
A "throaty" voice
Sore throat
Uncomfortable or painful swallowing
Swollen lymph nodes ("glands") in the neck
Fever

The adenoid is often referred to as "adenoids." This is incorrect because the adenoid is actually a single mass of tissue. The adenoid is similar to the tonsils and is located in the very upper part of the throat, above the uvula and behind the nose. This area is called the nasopharynx. The adenoid can be seen only with special mirrors or instruments passed through the nose.

It is not always easy to tell when your child's adenoid is enlarged. Some children are born with a larger adenoid. Others may have temporary enlargement of their adenoid due to colds or other
infections. This is especially common among young children. Constant swelling or enlargement can cause other health problems such as ear and sinus infections. Some signs of adenoid enlargement are:
Breathing through the mouth instead of the nose most of the time
Nose sounds "blocked" when the child talks
Noisy breathing during the day.
Snoring at night

Both the tonsils and the adenoid may be enlarged if your child has the above symptoms along with any of the following:
Breathing stops for a short period of time at night during snoring or loud breathing ( this is called "sleep apnea").
Choking or gasping during sleep.
Difficulty swallowing, especially solid foods.
A constant "throaty voice," even when there is no tonsillitis.

Both the tonsils and the adenoid are part of your body's defense against infections. Since similar tissues in other parts of the body do the same job, removal of the tonsils or the adenoid does not harm the body's ability to fight infection.
Updated January 2002