Sponsored

Awas, Salah Pasang Termometer!

Oleh: dr. Purnamawati S. Pujianto, Sp. AK, MMPed

Sudah bukan rahasia lagi, anak-anak gampang demam. Maklum, mereka memang sangat terhadap infeksi virus, seperti pilek, flu, dan selesma. Buntutnya, ibu-ibu mereka jadi makin akrab dengan alat pengukur suhu tubuh atau termometer.

Namun, apakah para ibu sudah paham betul cara memaksimalkan termometer?

Pasalnya, banyak banget termometer dijual orang. Selain yang berisi merkuri, ada juga pengukur termometer liang telinga, dan termometer fleksibel yang ditempelkan di dahi.

Termometer digital sangat praktis, karena bisa membaca suhu tubuh dengan cepat dan akurat. Termometer jenis ini dapat dipakai untuk mengukur suhu tubuh secara oral (di rongga mulut), rektal (melalui anus), atau ketiak (dikepit di bawah lengan atas). Biasanya bergagang plastik dengan sensor dan layar hasil pengkuran di kedua sisinya.

Sedangkan termometer telinga dipakai untuk mengukur suhu gendang telinga atau suhu di dalam liang telinga. Pada anak yang agak besar, pengukuran dapat berlangsung cepat, akurat, dan mudah. Namun, pada bayi tidak begitu akurat, karena liang telinga masih kecil. Harganya pun lebih mahal. The American Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan penggunaan alat ini pada bayi berusia kurang dari tiga bulan.

Berikutnya, termometer strip plastik, merupakan lempengan tipis plastik yang ditempelkan di kening anak. Alat ini dapat dipakai untuk mengukur suhu tubuh, tapi akurasinya rendah, khususnya pada bayi dan anak kecil. Sedangkan termometer kaca merkuri yang pernah menjadi termometer paling banyak digunakan para ibu, kini tak dianjurkan, karena bahaya pencemaran merkuri (jika termometer pecah, misalnya).

Ada pula pacifier thermometers (termometer empeng). Meski mudah digunakan, pengukur suhu satu ini sering tidak akurat, sehingga tak dianjurkan dipergunakan pada bayi berusia kurang dari tiga bulan.

Para ibu harus memaksimalkan fungsi termometer, karena data suhu tubuh sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. Metode yang dipilih dalam mengukur suhu tubuh anak sangat ditentukan oleh usia dan seberapa kooperatif anak. Apabila berumur kurang dari tiga bulan, misalnya, lebih akurat diukur menggunakan termometer digital.

Ketika berusia tiga bulan sampai dengan empat tahun, dapat dipilih termometer digital atau telinga. Termometer digital juga dapat dipakai untuk mengukur suhu di ketiak, meski hasilnya kurang akurat. Setelah anak berusia lebih dari empat tahun, termometer digital menjadi pilihan untuk mengukur suhu di dalam rongga mulut.

Namun, jika anak batuk berulang atau bernapas melalui mulut (akibat selesma yang menyumbat pengukuran suhu rongga mulut tidak lagi efektif. Gantinya, pakai termometer telinga, atau ukur suhu ketiak atau rektum dengan termometer digital.

Sebelum mengukur temperatur rektal, lumasi ujung termometer dengan jelly yang larut air (bukan petroleum jelly seperti vaselin). Baringkan anak di pangkuan, atau di atas tempat yang rata dan agak keras. Satu tangan memegang bagian bawah pantat, anak agar tidak bergerak-gerak. Sementara tangan lain memasukkan termometer melalui anus sejauh 1 - 2 cm. Bila ada tahanan, jangan masukkan lebih dari 1 cm. Tenangkan anak, lalu tunggu sampai terdengar nada -beep" (pada termometer digital).

Untuk mengukur temperatur di dalam rongga mulut (oral), bila anak baru saja minum atau makan, tunggu 20 - 30 menit. Pastikan tidak ada makanan, permen, di dalam mulutnya. Letakkan ujung termometer di bawah lidah, minta anak untuk mengatupkan bibirnya di sekeliling termometer. Ingatkan dia untuk tidak atau berbicara saat ada termometer di dalam mulut.

Terakhir, saat mengukur temperatur di ketiak, termometer harus menyentuh kulit, bukannya baju. Yang harus diingat, apa pun metodenya, ingat pantangannya: jangan mengukur suhu tubuh segera anak mandi, atau ketika ia tengah dibedong, karena akan mempengaruhi hasil pengukuran.*

sumber: Kompas